pesona sunrise hutan mati dan belerang gunung papandayan

assalamu’alaikum wr. wb..

terbangun saat masih gelap di gunung papandayan.. memang anginnya tak terlalu kencang mengingat lokasi cukup terlindung pepohonan dan tenda pendaki lain, tapi namanya di ketinggian tentu berbeda dengan di bawah 1000 mdpl.. sudah waktu subuh sekalian saling membangunkan lanjut sholat dan prepare berburu spot sunrise.. rencananya kami akan menuju pinggir tebing hutan mati untuk menikmati pagi itu..

cukup bawa perbekalan seperti saat naik ke tegal alun, minuman, kamera dan tripod.. toh ini lebih rendah.. kami juga membawa senter serta headlamp saat berjalan karena masih lumayan gelap.. terkadang lampu itu tidak banyak membantu lebih terang, tapi setidaknya jadi penanda keberadaan.. terus melangkahkan kaki hingga sekitar 5.30 sampai di hutan mati dengan kondisi yang sudah agak terang dan langit timur mulai menguning seperti foto di atas..

berbarengan dengan kami juga berjalan beberapa pendaki untuk menuju pinggir tebing.. apalagi semakin cahaya kuning naik semakin banyak yang kesini.. tua, muda, besar, kecil.. mungkin karena medan pendakian gunung papandayan yang tidak terlalu terjal serta adanya warung di camp area ya yang menyebabkan banyaknya pendaki.. tak perlu bawa carrier terlalu besar yang penting muat tenda saja.. atau mau tektok juga bisa..

tepat jam 6 sang surya mulai menampakkan diri di garis horizon timur dengan membuat warna menjadi kuning disertai langit biru dengan beberapa awan menggantung ditambah kepulan asap menghiasi.. behh.. syahdu tenan.. kebanyakan orang sudah mengarahkan lensanya ke arah tersebut, entah itu hp maupun kamera.. terkadang terlalu sibuk di balik layar membuat orang kurang bisa menikmati keindahan alam yang sebenernya lho.. 🙂

terkena cahaya keemasan mentari pagi dan berlatar langit bieu, bukit di sebelah selatan warnanya semakin menarik saja baru terlihat di pagi itu kalau ternyata memang puncaknya nggak nyambung dengan punggungan tegal alun pada elevasi yang sama.. oya, tegal alun sebenernya juga belum puncak gunung papandayan sih meskipun jarang yang beneran sampe puncak yang katanya pemandangannya apik banget tapi butuh effort lebih..

di sisi utara tampak sebuah gunung, entah gunung apa ya karena cukup banyak bukit juga disini.. sepintas mengingatkan pada pemandangan dari gunung prau meskipun berbeda.. satu hal yang sama, kedua gunung ini menjual pemandangan yang eksotis dengan elevasi yang tak terlalu tinggi..

jebul kalo pagi memang eksotis ya.. berjalan di samping pohon edelweiss yang berbunga dengan latar hijaunya hutan dan langit biru.. ya kami memilih untuk balik ke tenda untuk persiapan pulang.. rencananya turun lewat jalur yang melalui hutan mati.. pengen suasana yang berbeda dan biar dapet foto yang beragam.. :mrgreen:

di beberapa bagian jalur turun ini kanan kiri berupa pepohonan, sepintas hampir sama dengan saat mendaki.. namun tentu saja berbeda, misalnya dari tanah yang berwarna putih khas kawasan belerang.. lalu kemiringannya memang lebih curam dan di beberapa titik lebih sempit.. beberapa kali kami bertemu pendaki dan jalan bergantian..

namun tak bisa dipungkiri, pemandangan disini memang ciamik ketika sisi kanan saat turun tak lagi tertutup pegunungan.. yup cocok untuk foto dengan background lereng dan sumber asap mengepul yang tadi terlihat saat sunrise.. mengingatkan pada lautan pasir di kawasan kaldera bromo..

dari sini juga baru mudeng kalau lereng kapur itu tadi tempat sunrise-an.. dualem banget pantas saja ada larangan untuk mepet ke tebing dan mulai diberi pagar, karena selain rawan jatuh juga rawan longsor.. oya foto ini diambil saat jalan sepi karena cukup sempit kalo maksain foto pas ada orang mau lewat malah menghambat..

ada yang memilih untuk jalan santai, ada yang memilih berlari-lari kecil.. namun perjalanan turun itu biasanya tetep lebih cepat dibanding dengan pendakian.. di gunung papandayan ini ada temen dengan tipe keduanya.. solusinya saat di pos istirahat janjian untuk ketemunya di parkiran mobil saja.. jadi yang udah nemu tempo cepet nggak kecapekan nunggu, yang tempo santai nggak perlu memaksa buru-buru.. soalnya kudu ati-ati walau sudah diberi tatanan batu seperti tangga untuk beberapa titik naik turun, tetep saja ini jalanan berbatu..

akhirnya ketemu jalan beraspal.. hampir sampai di parkiran.. oya saat kami turun ketemu dengan banyak pengunjung.. dilihat dari tasnya tentu tidak ngecamp.. entah sekadar sampai di kaldera untuk bermain air belerang atau sampai di hutan mati dan tektok.. lha wong ada orang tua dan anak kecil banyak kok.. :mrgreen:

berikut galeri foto gunung papandayan yang nbsusanto abadikan..

gunung papandayan.. salah satu eksotisme bumi pasundan yang menawarkan aktivitas fisik dengan bonus pemandangan kaldera belerang, hutan mati serta tentu saja yang paling masyhur adalah hamparan kebun bunga edelweiss di tegal alun.. fasilitasnya memang cukup banyak, tak seperti pendakian gunung lain, makanya malah lebih mirip obyek wisata alam pada umumnya karena kalo pendakian biasanya buat buang air saja menyingkir dari jalan dan menggunakan tisu basah.. ya meskipun harus ditebus dengan tiket masuk yang lumayan mahal dibandingkan simaksi gunung lain maupun htm beberapa taman nasional.. :mrgreen:

jadi, kapan jalan-jalan lagi? 😆

sekian dan terima kasih.. 🙂

wassalamu’alaikum wr. wb..

 

About nbsusanto 1032 Articles
Nur Budi Susanto - https://dolanotomotif.com/ seorang blogger yang menggemari otomotif, jalan-jalan, fotografi, teknologi, transportasi, dan kereta api. silakan tinggalkan komentar, kritik, dan saran atas tulisan saya. boleh juga japri saya di kankkunkblog@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*