assalamu’alaikum wr. wb..
melanjutkan postingan tentang tol di jogja.. setelah sebelumnya nbsusanto memberikan argumen belum urgentnya tol jogja-solo, kini beralih ke rencana tol yogyakarta-semarang via bawen yang menghubungkan kota besar di utara dan selatan jawa bagian tengah.. opsi di awal 2017 ini masih belum pasti apakah akan lewat timurnya merapi-merbabu atau lewat barat via magelang..
to the point saja, kalo jogja-semarang lewat timur malah jadi kedobel dengan trans jawa yang antara semarang dan solo melalui bawen, solotigo serta boyolali.. bakalan ada segitiga dikelilingi tol di kawasan klaten, boyolali dan solotigo kalo bergabungnya di bawen.. tapi kalo tidak di bawen juga kedobel dengan rencana tol jogja-solo.. nahlho? kalo soal kemacetan di antara jogja-bawen via timur besok kalo tol bawen-solo sudah jadi kan kepecah ya?
di berita memang condong lewat barat via magelang mengingat embel-embel mengurangi kemacetan saat liburan karena di barat ada candi borobudur.. memang seberapa macet sih antara jogja-semarang atau lebih tepatnya jogja ke pintu tol bawen? berdasar pengalaman naik kendaraan pribadi maupun umum dalam keadaan normal tidak sampai 4 jam dan rata-rata sekitar 2,5-3 jam saja.. dimana titik macetnya? ya selalu di simpang.. memang salah satu titik macetnya di pertigaan borobudur.. lha kalo dibuat tol dan di titik keluar borobudur itu padat yo seberapa berpengaruh to? lagipula bisa dihindari lewat jalur alternatif kulonprogo-magelang via kalibawang yang tembusnya samping jembatan gantung srowol dengan suasananya masih sejuk jika dibandingkan jalan jogja-magelang..
di kawasan ambarawa yang eksotis itu naik turun dan berkelok-kelok.. memang bukan masalah toh nyatanya tol cipularang maupun semarang-bawen juga di kontur yang tidak rata.. hanya saja perlu diantisipasi apakah akan boros biaya maintenance kelak jika yang dikejar adalah biaya pembuatan yang lebih murah? atau sudah siap mahal? kalo memang siap, nanti akan ada pembahasan tentang salah satu daerah di jawa tengah yang lebih butuh tol di artikel lain..
selanjutnya coba kembali ke beberapa puluh tahun yang lalu.. di antara yogyakarta dan semarang ada dua besi berjajar.. yap tak salah lagi, rel kereta! sejak berhenti beroperasi pada tahun 1976, yang tersisa dari jalur tersebut tinggal beberapa batang besi di beberapa tempat serta tentu jalur eksotis bedono-tuntang yang saat ini hanya itu saja yang masih beroperasi sebagai wisata dengan kereta uap dan rel yang bergerigi serta stasiun ambarawa yang termasyhur..
https://www.instagram.com/p/BOJxniMBBo7/
entah sudah dari tahun berapa terdengar rencana reaktivasi jalur yogyakarta-semarang, menurut info kini yang sedang digarap di petak secang-bedono dan tuntang-kedungjati untuk bergabung dengan jalur yang saat ini beroperasi.. nah petak yogyakarta-secang gimana? nbsusanto sempat mendengar reaktivasi terhambat karena jika menggunakan trase yang lama ada masalah sosial dengan bangunan yang sudah berdiri di atasnya dan ujungnya masalah ekonomi dengan biaya pembebasan.. awalnya mikir, lhoh bukannya itu lahan milik PJKA? atau sudah dimiliki pihak lain? setelah cek ricek beberapa stasiun atau halte memang sudah alih fungsi misalnya jadi terminal..
lalu yang jadi pertanyaan, katanya akan ada rencana tidak menggunakan trase lama.. membutuhkan pembebasan lahan.. apa iya dengan lahan lain pasti lebih sedikit masalah sosialnya ya? akan lebih lucu lagi jika proses pengadaan lahan calon jalan tol yogya-bawen lebih cepat daripada pengadaan lahan rel yogya-secang.. katanya akan sejalan, lha mosok kudu ada tol baru lahan bisa lebih mudah tersedia? lha terus proses kajian trase dan lahan rel yogya-semarang itu sudah sampai tahap apa?
membingungkan memang, di kala kemarin digembar-gemborkan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke kendaraan umum tapi fasilitas yang untuk kendaraan umum di kawasan tersebut kalah cepat diperbaiki dibandingkan untuk kendaraan pribadi.. dengan armada berupa kendaraan travel semacam elf/hiace ataupun bis besar okupansinya sebenarnya cukup lumayan.. nanti dengan adanya tol apakah okupansi tetap, meningkat atau beralih ke kendaraan pribadi? ya bener kalo dengan contoh kereta solo-semarang orang banyak memilih bus atau kendaraan pribadi karena jadwalnya yang kurang bagus jamnya juga karena waktu tempuhnya.. apalagi jika dibangun tol, nanti mungkin akan seperti jakarta-bandung meskipun okupansi kereta argo parahyangan masih lumayan..
oiya dikaitkan dengan borobudur tadi, kalo penataan kereta dan feeder antara stasiun terdekat ke borobudur, atau malah sekalian stasiun dekat banget dengan borobudur, dengan exit tol menuju borobudur tentu lebih menarik dengan kendaraan umum bukan, karena pasti akan banyak kendaraan wisatawan yang antri membayar selanjutnya ribet mencari parkir bukan?
entahlah mau gimana jadinya.. kalau sampai rencana tol sudah jadi dan rencana rel masih terombang ambing berarti memang infrastuktur untuk angkutan umum masih kalah prioritas dibanding untuk kendaraan pribadi.. ya memang sih kalo ditelusuri, tanpa biaya dari pemerintah selain untuk pembebasan yang kadang masih ditalangi dulu oleh investor, lebih mudah cari investor pembangunan jalan tol dimana BUMN saja sudah beberapa yang turun tangan bersama maupun terpisah dibandingkan investor pembangunan rel kereta api yang umumnya tetap melibatkan PT. KAI.. semoga sih yang terbaik saja demi kepentingan umum jangan ditunggangi kepentingan pihak tertentu yang lebih condong pada profit karena memang menyediakan fasilitas umum yang layak adalah kewajiban pemerintah..
sekian dan terima kasih.. 🙂
wassalamu’alaikum wr. wb..
Nur Budi Susanto – https://dolanotomotif.com/
seorang blogger yang menggemari otomotif, jalan-jalan, fotografi, teknologi, transportasi, dan kereta api. silakan tinggalkan komentar, kritik, dan saran atas tulisan saya. boleh juga japri saya di kankkunkblog@gmail.com.
Untuk tol, yang paling rasional ya lepas boyolali-klaten utara-motong jalan nasional sebelum prambanan-bantul-kulonprogo, jadi untuk tol jogja solo juga nyambung nya di boyolali
Itu kalau mau disambung lagi ke purwokerto juga tinggal bablas
tapi perlu dipertimbangkan dengan kondisi medan daerah klaten dan adanya kemungkinan tinggalan bersejarah..
Sedikit menanggapi gan, temen saya ikut kajian pengembangan dan pembangunan rel jogja semarang. Hasil yg didapat adalah
1. kemiringan cukup besar, agar ka tidak selip, maka biaya pembangunan besar.
2. rel gerigi itu teknologi lawas, utk track masa kini justru mengurangi mobilitas scr signifikan dan cepat aus. Ingat kereta skrg itu running di kisaran 80kph keatas. Sbg referensi, rel tekanan tinggi untuk track nagreg. Ujung2nya, pasang baru jadi mahal, kalau rel gerigi, perawatannya yg mahal.
3. Ingat rel jogja ambarawa ini ukurannya berbeda dgn rel di jawa, nah mau pilih mana? Ganti rel biar kereta bisa bablas, berarti biaya infra lagi, atau transit dgn waktu sbg biayanya?
Transit kontainer atau logistik itu mahal lho.
4. Urgensi penyambungan logistik pelabuhan dan kawasan industri semarang dgn pesisir selatan jawa bag tengah (jogja dan sekitar). Ini penting krn proyeksi pembangunan ekonomi jalur selatan.
Intinya, pendekatan pembangunan dgn tol di kasus ini lebih rasional. Jangan hanya berpikir perpindahan manusia. Infrastruktur transportasi itu harus selalu melihat mobilitas manusia dan barang. Jalan tol saat ini lebih rasional krn manusia bisa masuk, logistik jg jalan. Jangan lupa, inflasi terjadi akibat ketidaklancaran distribusi logistik. Pada hari libur misalnya.
Coba dicari di data terbuka bps, disitu bisa dilihat transportasi barang antara jogja semarang itu lebih masif daripada komutasi manusia antar dua kota tsb.
yup kendalanya memang di medan yang kemiringannya cukup banyak dibandingkan daerah lain.. meski begitu, pembangunan dan maintenance jalan tol di kawasan yang berbukit-bukit juga tak bisa sembarangan dan tak murah, contohnya cipularang dan bawen.. kereta juga pastinya tak akan murah, bedanya mungkin kalo di rel investor pasti ada KAI, jika jalan tol bisa lebih umum.. bukan begitu? kemudian berdasarkan pengalaman waktu kuliah, saat itu kajian dari dosen saya, transportasi barang akan lebih efisien menggunakan kereta, sehingga sudah terwacanakan juga reaktivasi stasiun semarang pelabuhan dan stasiun semarang gudang.. lalu, biasanya, dengan adanya tol akan memperbanyak populasi mobil yang tentunya membuat seakan-akan “kesejahteraan” naik..