assalamu’alaikum wr. wb..
tercatat sudah 8 bulan nbsusanto menggunakan kamera mirrorless sony a6000.. memang masih dalam tahap belajar, setidaknya sudah mencoba beberapa variasi, termasuk menggunakan lensa non kit serta pengubahan setting untuk berbagai kebutuhan fotografi.. setidaknya sudah dapat banyak gambaran tentang gimana kamera sony a6000 ini untuk harian, travelling dan lain-lain..
membahas bagaimana ergonomi handling dan kontrol sony a6000.. beratnya ringan, meski tidak terasa seenteng dslr entry level apalagi kamera poket.. plusnya adalah tidak jadi tambahan beban yang banyak saat jalan-jalan.. minusnya adalah pada umumnya kestabilan kamera ringan itu tak seanteb yang lebih berat.. faktor tangan juga sih karena kamera ini tidak dilengkapi stabilizer di body, sehingga mengandalkan lensa ber OSS untuk bermain shutter speed lambat tanpa tripod.. dari sisi handling, sony a6000 ini terasa pas karena grip yang menonjol berlapis karet membuat kamera nyaman dipegang..
kemudian yang nbsusanto suka adalah adanya 3 dial putar di sony a6000 ini, yaitu di tombol 4 arah yang defaultnya untuk shutter speed, dial putar ujung kanan belakang yang defaultnya untuk bukaan diafragma dan satu lagi di sebelahnya untuk mengganti mode.. penempatannya cukup pas meski terkadang puteran bagian diafragma terasa aneh karena memang digital bukan mekanikal.. memang tak sebanyak kamera lain yang ada putaran untuk ISO serta kompensasi eksposure, tapi menurut nbsusanto sudah cukup karena jarang main EV sekarang dan pengatur iso tinggal klik arah kanan dan lanjut dengan puteran di bagian belakang itu.. tombol-tombol penting mudah dicapai kok.. biasanya sih paling tombol menu kalo mau ganti format atau tombol fungsi dekat tombol shutter untuk ganti mode fokus.. sayangnya, untuk menyalakan sony a6000 ini memakan waktu cukup lama, lebih dari sedetik, sehingga dari posisi off rentan kehilangan momen cepat.. dilema sih manjer nyala ya baterainya yang cepet berkurang..
mode fokus yang ada di sony a6000 adalah af-s untuk benda diam, af-c untuk benda bergerak, af-a untuk otomatis, dmf untuk automanual, mf untuk manual.. nbsusanto sendiri terbiasa pake afs, afc dan mf.. nah disini dikaitkan dengan lensanya ya, kalo pake lensa sony tentu bisa berganti mode, tapi kalo pake lensa mount lain + adaptor di modenya jadi manual.. nggak jadi masalah sih selama di lensa ada switch af/mf.. 😂
nah kaitannya dengan lensa.. sony a6000 dibekali lensa kit 16-50 f3.5-5.6 yang setara dengan 24-75 di full frame.. sudah cukup wide meski bukaannya standar.. namun yang bikin berbeda adalah ring putarnya hanya 1 dan tidak ada switch af/mf dll.. saat mode af, ring tersebut berfungsi sebagai zoom.. saat mode mf, ring tersebut menjadi ring fokus dan untuk melakukan zoom ada switch unik di sisi kiri jika sedang digunakan njepret.. memang beginilah lensa power zoom.. toh kalo pake ring, muternya juga terasa aneh jika terbiasa pake zoom mekanik, karena posisi fokal length tidak langsung mengikuti putaran ring.. memang terasa lebih smooth jika untuk keperluan video..
saat naik gunung prau, sony a6000 menggunakan lensa kit dapat pemandangan seperti foto di atas.. menggoda untuk memasang lensa tele untuk dapat detail bangunan apa saja.. meski rada riskan kemasukan debu nbsusanto pasang saja lensa tele 55-210 yang kebetulan saat itu nbsusanto dapatkan second seharga 2,6 juta dengan kondisi masih cukup bagus.. awalnya mau beli 55-250 usm is II, tapi oleh mas yg pakai canon malah disuruh beli sony saja.. yasudah nabung lagi dan nemu second itu.. 😂
terlihat bedanya menggunakan lensa 16 dan 210.. masjid di bawah itu menjadi terlihat jelas dalam resolusi tetap besar tanpa melakukan crop pasca jepret.. meskipun lensa ini kalo untuk travelling biasanya jadi cadangan saja karena lebih butuh sudut lebar.. memang lensa 55-210 ini bukan lensa cepat karena bukaannya 4,5-6,3, tapi sudah cukup untuk harian dan candid foto event.. 😅
dari sisi baterai, memang kekurangan kamera mirrorless.. ori diklaim mampu jepret 300-400.. dan memang segitu kenyataannya.. tentu nggak mau kehilangan momen, nbsusanto melengkapinya dengan baterai cadangan wasabi kit seharga 500 ribu rupiah yang berisi 2 buah baterai dan charger eksternal colokan micro usb.. ya sony a6000 tidak bisa dicas sambil digunakan.. jadi mau nggak mau kalo maraton dipakai memang lebih enak pake tambahan wasabi kit ini daripada ada momen yang terjeda.. lumayan bisa menyamai dslr dengan baterai bawaan..
untuk memory, nbsusanto masih mengandalkan microsd sandisk 16GB class 10 + adapter.. masih cukup mumpuni untuk menghandle file jpg+raw, meski mungkin kalo mau performa lebih optimal butuh yang lebih cepat lagi.. rencananya mau beli lagi memori 16GB setidaknya class 10 untuk antisipasi file belum dibackup maupun jepret dengan RAW yang lumayan memenuhi memori..
dari sisi display, kehadiran viewfinder cukup membantu apalagi di bawah terik matahari yang umumnya membuat display di layar tak terlihat jelas.. lalu lebih enak untuk menstabilkan kamera.. selain itu memang lebih terlihat keren nginceng pake viewfinder bukan? 😂 kalo layar belakang sony a6000 ini tidak touchscreen, namun masih bisa tilt untuk low angle sampe 90 derajat dan high angle sampe 45 derajat.. memang tidak bisa 180 derajat untuk selfie, tapi apa iya sih selfie butuh 12 megapixel? mau diprint di banner po? 😆 kecuali untuk foto berbanyak yang mungkin untuk dicetak itupun kamera ditaruh ya bukan dipegang, lhawong bisa remote control dengan hp..
enaknya juga electronic viewfinder pada sony a6000 ini seperti layaknya layar belakang, dapat menyesuaikan keadaan terang gelap saat merubah shutterspeed, bukaan, iso serta perbedaan warna saat mengubah white balance maupun efek warna.. nah, kadangkala pula terlihat di viewfinder saat foto malam hari sudah berbintik-bintik noise, tapi saat dilihat hasilnya cukup halus.. ternyata tampilan resolusi rendah memang mempengaruhi ya, untung hanya di preview bukan di hasil.. tapi ya itu karena tampilan layar efeknya tetep makan baterai, berbeda dengan dslr yang dengan optical viewfinder bisa menghemat baterai.. selain itu sensor untuk mematikan layar dan pindah display ke evf sensitif banget..
dari sisi konektivitas, sony a6000 dilengkapi dengan wifi dan nfc.. untuk wifi menurut nbsusanto sangat berguna bukan hanya untuk transfer file, tapi juga untuk update firmware, download aplikasi serta untuk remote control dengan aplikasi sony play memories mobile.. apalagi di versi terbarunya ini shutter speed, bukaan, iso dan exposure compensation bisa diatur dengan aplikasi tersebut, bahkan bisa juga manual touch focus dan shutter speed bulb.. lumayan long exposure lebih dari 30″ dengan dibantu tripod bisa beneran stabil tanpa shutter release.. 😀
berikut nbsusanto tampilkan beberapa jepretan sony a6000 dengan iso minimal hingga maksimal dengan kenaikan 2x lipat, diimbangi dengan penggunaan shutter speed lebih cepat serta memakai tripod agar hasilnya lebih valid, untuk high resolutionnya bisa diklik.. yang pasti sih di iso maksimum noisenya jelas terlihat.. setidaknya bisa dipaksa iso lebih tinggi dibanding kompetitor di harganya..
hasil foto lain sudah banyak kok di blog ini, coba cek saja artikel dari awal tahun sudah banyak yang dari sony a6000.. nah selama rentang waktu tersebut juga sudah ada beberapa aksesoris yang sudah nbsusanto beli, di antaranya adalah cleaning kit yang terdiri dari blower, penyapu, kain microfiber, cairan pembersih.. lalu tas lowepro adventura 140 yang terisi penuh dengan kamera terpasang lensa kit 16-50, lensa 55-210, cleaning kit, 2 baterai cadangan.. kemudian drybox setara 2820 yang ternyata hanya meninggalkan sedikit ruang berisi apa yang di dalam tas, ditambah silika gel elektrik dan adaptor ef-s ke e-mount, meski kayaknya kalo tambah 1 body + kit masih cukup asal ditata.. lumayan lah untuk mengantisipasi serangan jamur di optik kamera dengan menjaga kelembaban di bawah 55%.. toh sekali charge kalo dibuka tutup secukupnya bisa sebulan ngecas 2x saja.. mengenai adaptor ef-s ke e-mount, nanti coba kalo bisa jadi artikel dengan minjem beberapa lensa canon lagi..
sony a6000.. dengan harga 8 juta rupiah memang masih sulit ditandingi jika melihat kelengkapannya.. memang lensa kit yang katanya biasa saja serta absennya image stabilizer di body merupakan kekurangan kamera ini.. tapi masuk akal juga untuk menekan harganya, karena kamera yang sudah ada stabilizer harganya di atasnya, pun begitu dengan lensa kit yang diklaim lebih baik.. toh bagi nbsusanto, lensa kit 16-50 ini sudah cukup untuk kebutuhan sehari-hari.. lha kalo lensa kitnya 16-70 f4 zeiss, jadi kemahalen dong.. 😆 overall sony a6000 ini cukup memuaskan dan meskipun sudah 3 tahun sejak dirilis pertama kali, masih cukup worth to buy.. 😀
sekian dan terima kasih.. 🙂
wassalamu’alaikum wr. wb..
Nur Budi Susanto –Â https://dolanotomotif.com/
seorang blogger yang menggemari otomotif, jalan-jalan, fotografi, teknologi, transportasi, dan kereta api. silakan tinggalkan komentar, kritik, dan saran atas tulisan saya. boleh juga japri saya di kankkunkblog@gmail.com.
lensa fix lah
sik taaaaah, fix e mount larang