assalamu’alaikum wr. wb.
setelah pengenalan berbagai hal di Honda EM1 e: 2024, nbsusanto diajak ke area di depan Jogja City Mall.. ya, mini test ride ceritanya dengan cone yang dipasang sebagai obstacle.. memang belum dapat mewakili seluruh impresi tentang motor ini, tapi dengan penjelasan yang ada, mungkin agak tergambar..
Riding Position dan Kenyamanan
bisa dilihat pada gambar di atas bahwa motor ini berukuran mungil dan sepintas posisi ridingnya tidak berbeda dengan Honda BeAT.. kalau mengingat peruntukannya sebagai kendaraan komuter dalam kota, ya memang harusnya tidak menyusahkan..
Impresi Mesin
ekspektasi pada mesin Honda EM1 e: 2024 yang ditenagai listrik dengan power maksimum 2,3 hp/540 rpm dan torsi 90 Nm/25 rpm ini nbsusanto set seminimal mungkin.. iya torsi terlihat melimpah, bahkan setara dengan torsi Agya 1000 cc.. namun 25 rpm tentu cepat terlewati dan torsi maxnya segera berlalu..
bagi nbsusanto yang sudah biasa pegang hybrid di Fazzio nyonya, saat mencoba motor ini tetap butuh penyesuaian.. hal yang paling terasa pada EV adalah absennya suara mesin sehingga tidak mengandalkan feeling deru mesin.. tiba-tiba ditarik sudah jalan saja.. motor demit kalau kata simbah-simbah jaman dulu.. 😂
oya, akselerasi instannya cuma sampai di sekitar 30an km per jam saja, selain karena keterbatasan area test ride juga tarikan gas sudah pol mentok.. kalau treknya lebih panjang, ya mungkin saja bisa menembus 40an km per jam sebagai topspeednya mengingat bobot nbsusanto juga mendukung hal tersebut..
saat dipakai manuver sebenernya cukup lincah.. memang bobotnya enteng.. hanya saja, saat awal mencoba meliuk-liuk cukup tricky bagi yang terbiasa pakai motor berbahan bahar bensin.. feeling untuk menarik gas di antara cone yang terpasang benar-benar perlu disesuaikan.. khawatir kalau terlalu srunthulan..
Kesimpulan Review dan Test Ride Honda EM1 e: 2024
motor ini memang cukup mumpuni untuk kebutuhan komuter harian di padatnya perkotaan.. misalnya di Kota Jogja yang diklaim kecepatan rata-rata dalam kota tidak lebih dari 40 km per jam dan secara umum peraturan di kota memang max 40 km per jam.. kelincahan dan akselerasinya sudah memenuhi kebutuhan tersebut..
hanya saja, motor ini sepertinya kurang sesuai untuk komuter yang mencapai 40 km per hari atau lebih seperti yang dilakukan oleh orang pinggiran Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul maupun Sleman yang bekerja atau sekolah di kota Yogyakarta.. selain butuh kecepatan, kapasitas baterai di angka 41 km untuk sekali pengecasan itu kurang.. apa ya harus bawa charger pack kemana mana?
apalagi dengan 40 juta rupiah? sepertinya Trans Jogja lebih menarik kecuali memang punya uang nganggur yang tidak tau mau diapakan.. 😅
sekian dan terima kasih..
wassalamu’alaikum wr. wb..
Nur Budi Susanto – https://dolanotomotif.com/
seorang blogger yang menggemari otomotif, jalan-jalan, fotografi, teknologi, transportasi, dan kereta api. silakan tinggalkan komentar, kritik, dan saran atas tulisan saya. boleh juga japri saya di kankkunkblog@gmail.com.
Leave a Reply