assalamu’alaikum wr. wb..
pasca cerita tentang pendakian gunung slamet, ternyata ada beberapa orang temen kerja yang mau ikut kalo ada rencana pendakian lagi.. awalnya terwacanakan untuk naik ke gunung ciremai, puncak tertingginya jawa barat.. tapi melihat kondisi beberapa temen yang belum banyak latian fisik serta pengalaman gunung slamet kemarin, akhirnya rencana direvisi dan diputuskan untuk melakukan pendakian gunung prau saja.. itung-itung pemanasan..
bertuju dari jakarta dengan sebuah innova matik yang disopir gantian kami mengambil jalan lewat purwokerto, alasannya kalo jalan masih gelap masih realistis jalannya.. sekitar jam 7 sampai di gardu pandang tieng sekedar untuk foto-foto dan mampir ke toilet bagi yang membutuhkan..
kalo bagi nbsusanto sih semacam napak tilas 4 tahun lalu saat masih kuliah, jalan tengah malem dari jogja menuju dieng mampir disini.. nah setelah dirasa cukup, kami pun melanjutkan perjalanan menuju basecamp pendakian gunung prau yang terletak di kawasan patak banteng, di kawasan dataran tinggi dieng..
di perjalanan saja sudah disambut dengan pemandangan negeri di atas awan.. bagaimana suasana pendakian gunung prau dan di puncaknya.. nggak salah sih bawa lensa tele meski kalo travelling biasanya bakalan lebih banyak memakai lensa wide.. 🙄
sekitar jam 7.40 sudah sampai di patak banteng.. repacking sambil cek kelengkapan kemudian cari sarapan sekaligus beli kebutuhan yang masih kurang.. termasuk ke toilet dan bahkan mandi bagi yang kuat dengan air dinginnya dieng.. nbsusanto sih sekalian saja, toh terlanjur kena air.. yang pasti kondisi saat itu kami diberitahu bahwa sabtu pagi sunrise tertutup kabut dan angin sedang kencang di gunung prau..
jadi di awal pendakian gunung prau itu lewat tangga yang sebelahnya masih rumah warga.. sudah lumayan terasa sih kemiringannya bagi yang persiapan fisiknya kurang.. selanjutnya disambut jalan dengan tatanan batu yang juga menanjak.. jalan warga sih jadi jangan heran kalo banyak motor lalu lalang disini.. nggak cuma motor 4 tak berkopling saja, tapi ada juga 4 tak matic dan 2 tak.. wedyan padahal tau sendiri 2 motor disebut terakhir itu engine brake nya kecil banget.. oya, nggak tau kenapa kok menurut nbsusanto awalan tanjakan di gunung prau lebih terasa dibandingkan saat di gunung slamet lalu.. atau efek kurang aktivitas fisik selama puasa dan kurang persiapan? 🙄
lepas dari jalan pasangan batu sudah disambut oleh tangga kembali.. terbuat dengan menggali tanah dan memberi perkuatan dengan kayu serta pinggir diberi pegangan tangan dari bambu serta tali seakan menawarkan kemudahan.. padahal yo lumayan langkah kaki tetep terasa.. apalagi saat itu ada seorang dari rombongan yang sudah ngosngosan sehingga terbagi menjadi 2 kloter.. saat kloter kedua masih berhenti, nbsusanto mencoba untuk melangkah duluan ya sekadar mengabari kloter pertama.. jebul wis do nongkrong ning warung.. wooo..
setelah mampir sejenak di warung tepat di bawah pos 2, sebagian teman memesan cemilan maupun minuman, kalo nbsusanto sendiri memilih ke belakang karena kebelet, nah ini pemandangan di jalur pendakian gunung prau selepas pos 2.. sawah terasering dan rumah maupun masjid yang terlihat menarik perhatian.. mau pemandangan berbeda? tinggal ganti lensa saja.. sekalian coba-coba bandingin..
terlihat bedanya menggunakan lensa dengan panjang fokal 16 mm dan 210 mm.. masjid di bawah itu menjadi terlihat jelas.. siksik.. terlihat 2 masjid yang sepertinya berdekatan.. atau bahkan 3? berarti rame memusat gitu ya pemukiman di daerah dieng.. dikelilingi oleh sawah yang semoga besok-besok tetep menjadi sawah agar pemandangannya masih syahdu seperti saat difoto..
terlihat pula pemandangan telaga warna dan telaga pengilon dari jalur pendakian gunung prau via patak banteng ini.. kok bisa ya warnanya berbeda gitu? memang pesona dari dataran tinggi dieng itu banyak ya.. kalo tidak salah baca, dieng plateau berada di jalur patahan purba kebumen-muria-meratus.. tolong koreksinya kalo salah..
pas naik di sekitar pos 3 yang disebut pos cacingan, mungkin karena banyak akar pohon besar yang menyembul di atas permukaan tanah, kami ketemu dengan 1 rombongan yang turun dan terdiri dari 4 orang, 2 di antaranya adalah anak-anak.. busyet.. bocah aja sampe atas.. mosok kalah? kayaknya boleh nih besok ajak mbak-mbak untuk ikut pendakian gunung prau kalo udah halal..
pemandangan jalanan tanah berbatu itu akan terlihat selepas kawasan akar menyembul dari permukaan tanah.. disini ada banyak spot untuk istirahat sekadar meluruskan kaki dan menaruh tas.. bukan cuma itu, buat merem juga bisa.. lha seorang temen yang jadi sweeper malah tidur disini sembari menunggu temen istirahat.. sampe dibangunin pendaki lain katanya.. kalo nbsusanto sih sedikit di atas spot ini duduk di bawah sengatan matahari dan tas bertumpu pada tanah, bisa merem eh kok 10 menit berlalu.. lha penak je.. kesel lek.. 😆
dimanapun berada, seorang muslim tetap harus menjalankan kewajiban sholat 5 waktunya.. dengan keterbatasan apapun juga ada kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh Allah.. nggak cukup air? bisa tayamum.. nggak memungkinkan karena cuaca dingin sementara tenda tidak memungkinkan untuk sholat secara normal? bisa duduk.. bukankah tujuan mendaki gunung itu untuk tadabur alam untuk mengetahui kekuasaan, kebesaran dan keagungan Allah agar senantiasa bersyukur dan mengikuti perintah serta menjauhi laranganNya bukan? maka dari itu sesampai di pos pelawangan yang landai disempatkan untuk sholat dzuhur dulu karena memang sudah masuk waktunya..
repacking dan lanjutkan perjalanan kembali.. tinggal tersisa 3 orang.. yang 2 sudah duluan, yang 4 masih di belakang.. di dekat pelawangan itu pula kami diberitahu bahwa jarak puncak sudah dekat.. semacam kode tradisional untuk tetap semangat melanjutkan perjalanan.. memang suasana pendakian biasanya hangat karena meskipun nggak kenal tetep saling menyapa..
benar saja 13.40 sudah sampai di camp area yang siang itu berlatarkan gunung sumbing sindoro namun mulai tertutup awan dan kabut.. tak berapa lama rombongan paling belakang juga sampai.. tapi masalahnya yang 2 orang di depan tadi kemana? dipanggil nggak nyahut padahal harusnya sudah sampai.. oke dibagi saja pencariannya.. ndilalah ternyata mereka berdua sudah mendirikan 1 tenda dan tidur di dalamnya.. wooo.. setelah dipanggil berkali-kali baru bangun dan menyahut..
sorenya berkabut tebal dan gunung sumbing sindoro pun sama sekali tak terlihat.. kadang kabut terbawa angin membawa harapan bisa menikmati sunset tapi memang tak memungkinkan.. menuju gelap memang cuaca cerah dan bintang bisa terlihat jelas, tapi angin sangat kencang hingga tempat ternyaman adalah di tenda.. entah angin di gunung prau memang biasa begitu atau menjurus badai.. mau keluar dan setting kamera cari milky way nggak memungkinkan, khawatirnya malah selain hasil kurang bagus karena terkena terpaan angin juga beresiko pada tubuh.. sejam dua jam di tenda dan melongok keluar lagi.. angin sudah tak lagi bertiup kencang tapi kabut kembali menyelimuti kawasan gunung prau.. bintang puntak terlihat.. ya sudahlah masuk tenda lagi saja dan melihat yang pada maen kartu di dalam tenda..
menyerah? tentu tidak.. meski sempat lama nggak ngecek lagi, pas yang maen kartu bubar nbsusanto pun mencoba untuk keluar.. hasilnya? tunggu di artikel berikutnya ya.. yang ini sudah kepanjangen soalnya.. semoga di artikel kedua nanti bisa tuntas cerita termasuk galeri fotonya..
sekian dan terima kasih.. 🙂
wassalamu’alaikum wr. wb..
Nur Budi Susanto – https://dolanotomotif.com/
seorang blogger yang menggemari otomotif, jalan-jalan, fotografi, teknologi, transportasi, dan kereta api. silakan tinggalkan komentar, kritik, dan saran atas tulisan saya. boleh juga japri saya di kankkunkblog@gmail.com.
Leave a Reply