assalamu’alaikum wr. wb..
hampir setiap weekend di grup ada temen yang ngajak dolan.. terkadang memang terlaksana, tapi sebagian besar cuma sekadar ajakan kosong.. di suatu waktu, dia ngajak naik gunung lagi, opsinya adalah gunung ungaran atau gunung papandayan.. nbsusanto sih hayuk saja, bisa hunting milky way, namun nbsusanto lebih condong ke gunung papandayan di garut yang jaraknya setengah dari gunung ungaran kawasan semarang..
seperti biasa jumat malam kami berangkat dari jakarta berlima semobil.. asumsi perjalanan adalah 7 jam karena jalan santai.. rencananya kami beli bekal gunung nanti di garut saja, yang dibawa dari jakarta sekadar bekal perjalanan.. eh lha kok sebelum subuh sudah sampai garut, malah bingung sendiri belanja dimana.. untungnya ada yang jualan sebelum sampai di gunung papandayan.. kemudian kami melanjutkan perjalanan dan sampai di pos penjagaan untuk bayar tiket tanda masuk taman wisata alam gunung papandayan yang dibanderol 65 ribu rupiah per orang dan 30 ribu rupiah per mobil.. mahal? ya memang begitu adanya.. lebih mahal dari kawasan taman nasional lain yang pernah nbsusanto datangi.. menurut info, kawasan papandayan ini telah dikelola oleh swasta.. jadi ya begitulah.. dengan harga mahal ini tentu saja ekspektasinya adalah kawasan yang asri, bersih dan dikelola dengan baik..
disambut dengan langit cerah berbintang yang menggoda untuk long exposure, air pagi itu cukup dingin.. sempatkan sholat subuh terlebih dahulu kalau sudah waktunya.. dilanjut mandi bagi yang berminat.. setelah agak terang, kami sempatkan untuk sarapan karena pendakian tentu butuh fisik yang lebih dibandingkan kegiatan keseharian.. setelah itu tentu saja check perlengkapan, menata ulang tas kembali, bagi-bagi beban rombongan dan ditutup dengan berdoa bersama demi kelancaran pendakian..
trek awal gunung papandayan ini sudah bukan batu asli pada bagian yang tidak datar.. di awal masih jalan beraspal lalu di tanjakan sudah tatanan batu.. sepintas mengingatkan pada gunung prau yang ber-anak tangga.. bagi sebagian orang, tangga membantu, tapi ada juga yang memilih tidak pakai tangga karena lebih nyaman saja..
pendakian gunung papandayan juga dihiasi dengan pemandangan asap sulfur mengepul.. yup tipikal gunung dengan kawah belerang seperti di dieng sana.. batu-batuannya pun putih.. yang menarik adalah sesekali ada motor lewat entah memboncengkan orang, carrier ataupun gas elpiji, katanya sih di camping area ada warungnya.. weh..
sampai di pos 7 setelah beberapa pos sebelumnya.. seinget nbsusanto, di jalur pendakian awalnya bukan pos 1.. atau dari basecamp ya? di pos 7 itu ada warung dan toilet.. sempet mampir sebentar istirahat.. lalu jalan bercabang, yang setelah turun diketahui bahwa satu jalur landai yang santai dengan banyak pepohonan menghijau tapi lebih panjang, yang satu jalur yang lebih curam, dekat kawah belerang tapi langsung menuju hutan mati..
kami memilih lewat jalur yang lebih landai saja.. selain karena bawa pendaki pemula kami juga ingin menikmati perjalanan di antara pepohonan.. selain itu, memang tujuan kami untuk sampai di camping ground pondok salah dulu, mendirikan tenda, istirahat sejenak, baru menuju hutan mati dan tegal alun.. pertimbangannya adalah karena weekend biasanya mesti rame, lebih baik sampai duluan dan bisa lebih leluasa memilih lokasi bangun tenda..
jadi jalur yang kami lalui itu jalur di samping bawah punggungan gunung papandayan, sementara satunya lewat seberang atas punggungan tersebut.. pemandangannya jadi berbeda.. di jalur ini terhampar banyak pepohonan serta nampak seperti longsoran karena ada bagian lebih dalam dihimpit pepohonan..
setelah 3 jam melangkahkan kaki dari parkiran akhirnya sampai juga di camp area pondok saladah.. jebul kok enek warung dan toilet.. pantesan ada temen yang bilang nggak usah terlalu membebani tas dengan perbekalan karena bisa jajan di atas.. wooo pantesan.. tapi rapopolah, itung-itung untuk menjaga kebugaran bawa beban meskipun jalannya landai.. lepas tas kemudian mendirikan tenda.. istirahat sejenak karena rencananya mau ke tegal alun..
sejenak istirahat dan kami pun meninggalkan tenda dengan membawa makanan dan minuman.. jebul melangkah sedikit dari warung kami sudah bertemu dengan pohon edelweiss.. baru kali ini liat edelweiss yang asli.. tentu saja kami tidak memetiknya, cukup mengambil foto dan menghirup baunya saja.. ada beberapa pendaki yang juga menyempatkan berfoto saat melintas edelweiss dekat pondok saladah ini..
tak lama sudah sampai di hutan mati gunung papandayan.. terhampar buanyak pepohonan beranting tanpa daun di tanah putih belerang.. sementara itu di selatan nampak lereng punggungan yang juga berwarna putih dan ada pepohonan berdaun hidup disitu, entah pohon apa.. bisa didaki tidak ya? ada apa di atas? entahlah..
perlahan sore itu terlihat berkabut.. opsi untuk mencapai pinggir tebing pun tidak dipilih dan mending naik saja menuju tegal alun, yang merupakan kebun edelweiss gunung papandayan, daripada kesorean karena tak boleh bermalam di tegal alun, juga agar esok hari tak buru-buru..
medan dari hutan mati gunung papandayan hingga tegal alun bisa dikatakan adalah yang paling berat dari jalur sebelumnya.. banyak titik yang mengharuskan tangan berpegangan pada tanah, batu maupun pepohonan di kanan kiri.. sepintas mengingatkan pada jalur pos 4 ke pos 5 gunung slamet jalur guci.. untungnya tidak ada beban berat yang perlu dibawa kesini.. paling berat air saja dan kamera..
setelah berjalan dengan beberapa kali istirahat kami pun sampai di kawasan datar berumput.. tak salah lagi, ini adalah tegal alun, kawasan termasyhurnya gunung papandayan karena keindahan banyaknya pohon edelweiss disana.. tempat yang juga memungkinkan kami untuk merebahkan diri serta meluruskan kaki tangan dengan leluasa.. karena sudah waktunya sekalian sholat ashar saja.. inget, niat mendaki untuk tadabur alam jangan sampai malah meninggalkan sholat lho.. kalo air nggak banyak masih boleh tayamum kok.. 😀
kami tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berfoto di sela-sela rimbunnya bunga edelweiss tegal alun.. sore itu cahaya matahari cukup menambah kesyahduan suasana di tegal alun sehingga memungkinkan pengambilan gambar yang apik, menghasilkan berbagai warna alami meskipun di bawah tadi sempat terlihat berkabut..
setelah cukup berfoto-foto, jam 16.30 lebih kami sepakat untuk turun dari tegal alun.. mentari menjelang senja membuat apa yang disinarinya berwarna keemasan, yaitu pepohonan di lereng serta hutan mati di bawah.. jalan santai bersama beberapa kenalan baru banyak obrolan tentang berbagai hal membuat waktu turun ke bawah tak terasa lama.. sesekali kami berhenti sekadar meneguk minuman dan menikmati pemandangan alam..
sampai di bawah sudah menjelang gelap.. begitu masuk waktu maghrib langsung ambil air wudhu dan sholat di gubuk yang tersedia secara bergantian.. meskipun setelah itu balik ke tenda, kami memilih untuk menjaga wudhu agar begitu waktu isya datang bisa langsung sholat tanpa perlu wudhu lagi.. uanyep rek banyune.. 😆 lalu kami makan malam di warung pondok saladah.. lalu nbsusanto melihat ke atas..
masya Allah.. kombinasi langit cerah dan bulan mati membuat milky way bisa diabadikan dengan kamera berlensa kit mode long exposure.. sembari temen-temen menghangatkan badan di dekat perapian warung, nbsusanto beberapa kali memindahkan tripod untuk mencari komposisi.. sembari ngobrol dengan pendaki lain yang tertarik pada fotografi dan sedang menunggu selesai ngecas baterai kameranya untuk berburu jalan susu..
semakin malam dan temen-temen ngajak untuk balik tenda dan istirahat.. baiklah menuju ke tenda yang memang di dekat pepohonan, karena kami mengantisipasi angin kencang malam hari.. berburu komposisi bintang pada galaksi bima sakti di antara dedaunan.. beberapa jepretan hingga memang terasa mengantuk.. nbsusanto masuk tenda dan teman-teman sudah terlelap.. oke masuk sleeping bag dan merem.. lanjutannya? insyaallah di artikel mendatang nbsusanto tuliskan tentang sunrise di hutan mati dan perjalanan pulang lewat jalur yang berbeda.. 🙂
sekian dan terima kasih.. 🙂
wassalamu’alaikum wr. wb..
Nur Budi Susanto – https://dolanotomotif.com/
seorang blogger yang menggemari otomotif, jalan-jalan, fotografi, teknologi, transportasi, dan kereta api. silakan tinggalkan komentar, kritik, dan saran atas tulisan saya. boleh juga japri saya di kankkunkblog@gmail.com.
jadi pengen naik gunung lagi mas bro..udah lama gak naik gunung
wahahaa monggo mas.. saya semenjak papandayan ini juga belum mendaki lagi.. musim hujan rada gambling meski menghijau..