assalamu’alaikum wr. wb..
bus.. sebuah moda transportasi umum roda karet yang cukup populer karena pada umumnya nyaman dengan harga tak terlalu mahal, kecuali di momen seperti musim mudik, meskipun rawan terjebak macet.. untuk jalur antar provinsi, nbsusanto memang sudah berkali-kali naik bus sendirian.. namun untuk bus dalam provinsi jogja belum sekalipun.. pernah sih naik bus tapi jaman kecil dulu, itu pun bareng ibuk.. pengen setidaknya sesekali jajal, ndilalah kesampaian pas pulang lewat solo lanjut trans jogja sampai giwangan dan bisa naik bus jurusan srandakan..
saat ini eksistensi bus akdp di jogja semakin menghilang.. mau jurusan mana pun cenderung tidak sebanyak dulu.. masyarakat semakin beralih ke kendaraan pribadi berupa motor ataupun mobil karena selain waktu tempuh yang pada umumnya lebih cepat juga karena gampangnya beli kendaraan dengan sistem kredit uang muka sangat rendah.. alhasil penumpang pun semakin sedikit.. kebetulan ada tetangga yang punya bis dan kol jurusan srandakan-terminal giwangan pp, beliau cerita bahwa sekarang narik sepanjang hari dan memilih waktu-waktu tertentu saja karena kalo dipaksa seharian jalan bisa-bisa nggak nutup ke operasional.. nbsusanto pun penasaran untuk membuktikan seperti apa sih okupansi, harga dan waktu tempuh bus akdp terminal giwangan – pojok beteng – bantul – srandakan.. sebelumnya sempet baca tentang bus bantul di jagongan.org..
nbsusanto turun dari trans jogja kan di area pemberangkatan bus akdp terminal giwangan.. saat itu yang stand by adalah bus jurusan wonosari dan bus kode T jurusan parangtritis.. lalu muncul beberapa bus, kalo tidak salah sempat ada bus kode N jurusan samas.. nbsusanto sendiri rencananya naik bus kode B jurusan srandakan turun di SD Mangiran, atau kalo kepepetnya nunggu lama nggak muncul ya naik bus kode A jurusan sorobayan dan turun di sapuangin lanjut jalan kaki, toh nggak jauh-jauh banget juga.. akhirnya setelah menunggu hampir 10 menit muncullah bus B yang nampaknya tidak akan ngetem lama di giwangan, terbukti saat melambat nbsusanto tanya jurusan srandakan, kernet mempersilakan masuk dan saat duduk bus langsung jalan kembali.. ya mungkin jam 6 pagi bukan waktu puncak calon penumpang bus akdp dari giwangan ya karena kalo dipikir-pikir memang yang naik dari giwangan rata-rata mereka yang baru turun dari bis AKAP..
keluar dari terminal giwangan masuk ring road selatan ke arah barat.. sempat melambat di barat lampu merah giwangan tapi lanjut melaju karena tidak terlihat ada calon penumpang.. sabtu pagi itu jalanan cukup lengang.. bus melaju dengan kecepatan sedang sembari kernet melihat ke pinggir jalan barangkali ada calon penumpang.. lalu kernet pun menarik ongkos.. untuk perjalanan terminal giwangan ke srandakan tarifnya adalah 10 ribu rupiah.. dengan jarak normal 23 kilometer, sebenernya tarif per km tidak sampai 450 rupiah.. anggap saja nbsusanto dijemput adek dengan jarak rumah-giwangan 20 km saja, pp 40 km kalo naik supra atau vario isi pertamax memang hanya 7000 rupiah, tapi kalo naik cs1 perlu 9750 rupiah.. ngrepotin juga kalo kebetulan nggak pas selo.. makanya pilih naik bus saja..
namun tentu saja jalur bus tidak sama dengan kendaraan pribadi yang bisa melalui jalur tercepat.. trayek dari terminal giwangan menuju srandakan ini ringroad selatan hingga sampai perempatan jalan parangtritis belok ke utara sampai pojok beteng wetan, kemudian belok ke barat hingga pojok beteng kulon, lalu belok ke selatan di jalan bantul.. kemudian lurus hingga perempatan klodran (masjid agung bantul) lalu belok serong kanan di pertigaan gereja ke arah selatan hingga perempatan di sebelah barat rsud panembahan senopati belok ke arah barat hingga perempatan gose, balik lagi ke jalan bantul.. selanjutnya mengarah ke perempatan palbapang dan belok ke barat sudah masuk jalan srandakan..
bus pun berbelok menuju pojok beteng wetan.. namun hingga balik lagi ke ring road jalan bantul hanya menambah 1 orang penumpang saja.. nggak sempet ngetem juga di pojok beteng kulon.. barulah setelah melintas ring road, bus ini melambat kemudian berhenti di jalur kiri.. ngetem lebih dari 7 menit, lupa tepatnya.. barulah disini beberapa penumpang mulai masuk.. bus pun kemudian berangkat kembali.. sesekali berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang.. kalau ada penumpang bawa barang cukup banyak, misalnya simbah dari pasar maka kernet pun turun untuk membantu menaikkan barang baru lanjut melaju.. beberapa penumpang naik bis untuk jarak pendek saja, misal dari rumah menuju sekolah.. dan lain-lain.. setidaknya bus pun lebih berisi meskipun okupansi tidak sampai penuh.. kondisinya lebih hidup daripada sebelum masuk bantul.. pun sesekali terdengar obrolan dari mereka yang di belakang.. hingga akhirnya bus melewati pertigaan sapuangin tanpa ngetem lagi dan nbsusanto ngomong ke pak kernet kalo turun di SD Mangiran saja.. tak lama kemudian bus pun berhenti dan nbsusanto turun.. sekitar jam 7.15.. 65 menit dari terminal giwangan.. lumayan lah.. masih sempet ketemu ibuk yang mau berangkat kerja di jalan dusun mangiran.. 😀
bus akdp.. benar semakin kesini angkutan umum semakin tergerus jaman, ketika orang lebih memilih kendaraan pribadi karena bisa lebih cepat sampai, meskipun nyatanya waktu tempuh bus masih cukup normal kecuali memang ngejar waktu masuk pagi sih nbsusanto pikir-pikir juga.. harganya juga masih masuk akal.. ini mungkin semacam tahun 1970an yang terulang, dimana saat itu ada kereta api jurusan stasiun tugu – stasiun palbapang (sekarang jadi terminal palbapang) yang akhirnya jalurnya ditutup karena okupansi semakin rendah kalah bersaing dengan roda karet.. kini pilihan bus pun tak banyak.. pemilik bus yang tadinya mempekerjakan sopir untuk membawa armadanya sekarang banyak yang memilih nyopir sendiri.. bahkan tidak pakai kernet untuk menekan pengeluaran.. itu pun nggak selalu jalan.. di satu sisi kini jalanan lebih padat karena ruang yang dibutuhkan orang + kendaraan pribadi lebih dari penumpang + bus.. mungkin perlu regulasi dengan perbaikan armada jika ingin orang kembali ke transportasi umum.. tapi selama tidak ada regulasi itu, kelak jogja akan semakin macet.. tinggal tunggu bom waktu saja, mau dibuat jalan selebar apa kalau bukan krannya yang distop ya semakin bocor.. 😀
sekian dan terima kasih.. 🙂
wassalamu’alaikum wr. wb..
Nur Budi Susanto – https://dolanotomotif.com/
seorang blogger yang menggemari otomotif, jalan-jalan, fotografi, teknologi, transportasi, dan kereta api. silakan tinggalkan komentar, kritik, dan saran atas tulisan saya. boleh juga japri saya di kankkunkblog@gmail.com.
Terima kasih sharingnya pak
sama sama pak